Organ reproduksi wanita memiliki beberapa struktur penting seperti ovarium, rahim, vagina, dan vulva, yang berperan dalam konsepsi, fertilitas, kehamilan, dan persalinan. Organ-organ reproduksi juga berperan dalam produksi hormon estrogen dan progesteron yang memengaruhi kesehatan tubuh. Nah, artikel kali ini akan mulai membahas organ paling luar terlebih dahulu yaitu vulva.
Vulva adalah organ genitalia bagian luar pada wanita yang melingkupi saluran kemih dan reproduksi. Menjadi organ bagian terluar, vulva berisiko mengalami masalah kesehatan seperti infeksi bakteri, penyakit menular seksual, bahkan kanker vulva. Untuk mencegah timbulnya masalah tersebut, yuk kenali bagian-bagian vulva dan bagaimana fungsinya dalam aspek kesehatan.
Mons pubis
Dilansir Very well health, mons pubis adalah jaringan lemak yang terletak langsung di depan tulang pubis. Jaringan ini menonjol dan menjadi tempat tumbuhnya rambut kemaluan. Mons pubis berperan sebagai bantalan pelindung selama berhubungan seksual. Terdapat juga kelenjar sebasea di dalamnya yang mengeluarkan hormon terkait gairah seksual.
Labia mayora
Istilah labia mayora diambil dari bahasa Latin yang berarti 'bibir yang lebih besar'. Disebut demikian karena struktur labia mayora terlihat seperti bibir berukuran besar, dengan dua lipatan kulit yang menonjol yang menutupi labia minora, klitoris, vestibula vulva, bulba vestibular, kelenjar Bartholin dan Skene, uretra, dan pembukaan vagina.
Labia minora
Istilah labia minora diambil dari bahasa Latin yang berarti 'bibir yang lebih kecil'. Labia minora terdiri dari sepasang lipatan kulit yang mengelilingi klitoris dengan bagian depannya membentuk tudung klitoris dan frenulum. Labia minora berbentuk seperti bibir kecil yang mengelilingi pintu masuk ke vagina. Bagian ini dan labia mayora akan terlihat membesar saat memiliki gairah seksual.
Klitoris
Klitoris terdiri dari tudung dan kelenjar klitoris. Tudung klitoris terlihat seperti potongan kecil jaringan yang melindungi bagian luar klitoris, yang terletak di atas labia minora. Jaringan ini akan memerah saat gairah seksual muncul.
Dilansir Medical News Today, sebenarnya klitoris tidak memiliki fungsi dalam reproduksi. Namun, organ ini memiliki banyak ujung saraf yang dapat menyebabkan kepuasan saat berhubungan seksual saat menerima rangsangan.
Bulba vestibular
Organ ini terbentuk dari jaringan korpus spongiosum yang terkait erat dengan klitoris dan merupakan jenis jaringan ereksi. Jaringan ini berada di dekat klitoris dan meluas ke arah uretra dan vagina serta membelah dan mengelilingi batas lateral uretra dan vagina.
Vestibulum vulva
Permukaan halus yang dimulai tepat dari bawah klitoris dan berakhir di labia minora. Terdapat lubang uretra dan lubang vagina pada organ ini.
Kelenjar vulva
Pada vulva, terdapat dua kelenjar yaitu kelenjar Bartholin dan kelenjar Skene. Kelenjar Bartholin terletak pada lubang vagina, berfungsi mengeluarkan zat seperti lendir ke dalam vagina. Lendir ini berfungsi sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan saat berhubungan seksual dan melembabkan vulva. Kelenjar Skene terletak di kedua sisi uretra dan turut berfungsi melumasi pembukaan uretra. Zat yang dikeluarkan kelenjar Skene juga dipercaya berfungsi sebagai antimikroba untuk mencegah infeksi saluran kemih.
Uretra
Bagian ini adalah lubang saluran kemih yang terletak tepat di atas vagina dan berfungsi untuk mengeluarkan urine.
Vagina
Vagina adalah saluran elastis berotot yang terhubung ke serviks dan biasanya ditutupi oleh selaput yang disebut selaput hymen. Vagina berfungsi sebagai reservoir untuk air mani yang akan mengumpulkan sperma sebelum masuk lebih dalam menuju serviks. Vagina juga berfungsi sebagai saluran keluar darah menstruasi.
Ketika terinfeksi bakteri atau penyakit menular seksual, akan ada gejala yang timbul seperti rasa gatal atau panas, keputihan dengan beragam jenis bau yang keluar dari vagina, bengkak pada kelamin, nanah, kemerahan, dan lain sebagainya. Apabila Anda mengalami gejala tersebut dan berisiko tertular penyakit menular seksual, maka lakukan pemeriksaan dan konsultasikan kondisi Anda ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.
- dr Hanifa Rahma